Bahaya Game Online
Bahaya Game Online |
Game online sudah menjadi tren tersendiri di kalangan gamer dan pengguna internet dalam beberapa tahun belakangan. Penggila game online pun sudah merasuki segala usia.
Terlebih, game online dianggap sebagian gamer sudah menjadi pekerjaan untuk menjaring pemasukan. Dilombakan, dibuatkan turnamen tahunan, dan pesertanya bahkan punya tim khusus yang siap unjuk kemampuan.
Faktanya belakangan ini game online memunculkan dampak-dampak ikutan selain dampak secara psikologis terutama terhadap anak-anak, game online juga menjadi ajang bagi pelaku kejahatan internet untuk beraksi.
Member di game online Texas Holdem Poker pernah menjadi sasaran infeksi malware pada Agustus 2012 lalu. Online game SimCity dan Diablo 3 yang menurut para ahli di bidang keamanan komputer dan internet baru-baru ini dikategorikan membahayakan bagi gamernya.
''Terakhir, adalah game bertema zombie 'The War Z' berhasil mencuri data gamer seperti alamat email, encrypted passwords, IP address dan in-game character name dari 600.000 pemain seluruh dunia oleh sebab itu penggemar game tersebut diimbau untuk segera melakukan penggantian password,'' lanjut Eset.
Game online membutuhkan koneksi internet untuk bisa memainkan game tersebut bahkan untuk single player sekalipun, langkah tersebut umumnya dilakukan untuk melindungi hak cipta game.
Konsekuensinya, memaksa orang untuk bermain secara online. Inilah yang kemudian membuat para gamer tersebut berada pada risiko terpapar ancaman-ancaman dunia maya seperti malware, pencurian game token, dan pencurian data pribadi gamer.
Gamer online berpotensi terpapar ancaman cyber karena gamer cenderung bermain-main dengan risiko, yaitu dengan men-disable aplikasi keamanan pada komputernya. Risiko tersebut diambil karena penggunaan aplikasi keamanan menjadikan game menjadi 'lag'.
Sebuah survei yang dilakukan Eset terhadap 1.000 PC gamer di Inggris menunjukkan hasil yang mencengangkan. Yaitu dari 1.000 PC gamer, 30% di antaranya mengakui kalau mereka men-disable aplikasi keamanan komputernya sebelum mulai bermain.
Akibatnya, separuh dari mereka yang mematikan fitur keamanan terkena infeksi malware dan butuh lebih dari dua hari untuk melakukan perbaikan komputer agar kembali normal.
hal ini adalah bukti nyata bahwa kebanyakan gamer mengabaikan aspek perlindungan terhadap dirinya sendiri dan mereka cenderung tidak menyadari risiko yang dihadapi ketika bermain game online tanpa proteksi yang kuat.
''Tindakan tersebut jelas membahayakan dan kini semakin banyak game bermunculan yang menuntut koneksi internet yang stabil, jelas ini mengkhawatirkan karena malware akan leluasa menginfiltrasi komputer selama gaming berlangsung,''
No comments